Catatan kecil dari kegiatan Tudang Sipulung “Reposisi Pesta Demokrasi dalam menghadapi Pemilu 2009”

Rabu pagi, sekitar pukul 8.00, aku dibangunkan oleh dering handphoneku, saat itu aku menerima telpon dari seorang teman yang mengingatkan aku kegiatan hari ini. Bergegas aku bangun dari tempat tidurku dan buru-buru menuju kamar mandi. Begitu selesai aku langsung siap-siap mengenakan pakaian formal yang sudah dari semalam aku siapkan tergantung di pintu kamarku. Yah, hari ini aku kebetulan akan menjadi MC di kegiatan Tudang Sipulung yang di gagas bersama teman-teman mahasiswa asal sebatik yang menempuh studinya baik di wilayah Sebatik itu sendiri maupun yang menempuh studinya dibeberapa kota di luar Sebatik seperti kota Tarakan, Samarinda, Makassar, Palu, Malang dan Jogja. Aku dan teman-temanku itu tergabung dalam satu aliansi bernama Aliansi Mahasiswa Sebatik Peduli Demokrasi (AMS-PD).
Berawal dari cerita-cerita lepas di sebuah Café seputaran pusat kecamatan Sebatik akhirnya Aliansi ini terbentuk. Saat itu yang menjadi perbincangan awal adalah tentang momen Pemilu untuk anggota legislative yang tidak lama lagi akan digelar. Seperti yang menjadi pengamatan kami bahwa saat ini tengah terjadi gelombang antusiasme berpolitik dari beberapa kalangan tokoh masyarakat, tokoh agama bahkan hingga ke golongan pemuda. Antusiasme itu terlihat dengan daftar calon legislator DPRD Kab.Nunukan asal Dapil II (Kec.Sebatik dan Kec.Sebatik) barat mencapai jumlah 92 orang (data dari Daftar Calon Sementatara, KPUD Nunukan) yang terdiri dari segala macam golongan Agama,Suku, higga Usia.
Akhirnya Ide terakhir yang muncul dari serangkaian diskusi dari beberapa teman yang Peduli akan proses demokratisasi, maka digagas lah satu ide untuk membuat kegiatan dalam bentuk dialog/diskusi dengan KPUD Nunukan, Pengamat Politik, Tokoh Masyarakat, dan melibatkan para Caleg yang terdafttar pada Dapil II Sebatik. Kegiatan ini dirangkai dalam sebuah kegiatan “Tudang Sipulung” yang memiliki arti “duduk bersama” tanpa melihat background golongan atau partai dari individu-individu yang diundang pada acara tersebut.
Acara yang telah dipersiapkan dengan segala upaya itu akhirnya terlaksana juga pada tanggal 8 Oktober 2008. Tepat pada pukul 9.00 wita acara tersebut pun dimulai. Aku mulai membuka acara dan menyambut tamu-tamu yang hadir dengan sapaan selamat dating dan salam di tanbaha sedikit senyuman yang coba menutupi wajah lelahku karena semalam aku begadang bersama teman-teman yang lain untuk menyelesaikan evaluasi akhir konsep acara dan membuat spanduk kegiatan.
Sebenarnya bila dilihat dari antusiasme dari kalangan masyarakat, kegiatan ini cukup mendapat apresiasi, yang terlihat dari banyaknya tamu undangan yang hadir. Akan tetapi sangat disayangkan, dari keseluruhan jumlah Caleg hanya ada sekitar 25 % Caleg yang hadir. Dari 18 parpol yang menempatkan calon-calonnya hanya ada 9 Parpol yang mengutus calegnya untuk hadir pada acara tersebut. Setelah coba dikonfirmasi ternyata ada berbagai macam hambatan yang diutarakan oleh DPC parpol yang ada. Antara lain karena kesibukan pasca lebaran dari beberapa caleg. Adapula pimpinan DPC parpol yang dengan terang-terangan menyatakan tidak akan hadir pada acara tersebut karena katanya “takut” ide-idenya dalam membangun Sebatik akan “dicuri” oleh orang lain, hmmmm, sebuah argument yang sedikit menggelitik buat saya. Tapi itu kebebasan tiap individu untuk menyatakan argumennya.
Meski dengan kondisi yang demikian, acara ini tetap harus dilanjutkan mengingat antusiasme dari tamu yang dating dari kalangan masyarakat, pemuda, mahasiswa dan pelajar, juga apresiasi yang diberikan oleh dua pembicara yang hadir pada hari yaitu Bapak Sri Widodo selaku perwakilan dari KPUD Nunukan dan Bapak Kaharuddin yang merupakan seorang pengamat dinamika politik yang terjadi di Kab.Nunukan dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir. Kedua pemateri yang kami undang ini menyatakan salut dan memberi semangat pada kami untuk sanantiasa menggali daya nalar kritis dan kreativitas kami untuk menggagas berbagai kegiatan yang bermanfaat bagi kemajuan Sebatik.